Jiwa Tentram Karena Jujur

honest-jujur-don't-lie
taras-chernus/unsplash

Dalam hidup ini, siapa sih yang tak ingin hatinya tentram dalam menjalani kesehariannya. Pada hakikatnya ketentraman jiwa adalah hal yang bersumber dari pribadi masing-masing. Maka, dapat kita simpulkan bahwa ketentraman hati bisa kita ciptakan sendiri. Salah satu hal yang bisa membuat kita tentram adalah dengan bersikap jujur. Yah, jujur dalam berbagai hal tentunya. Seperti yang telah Rasulullah ajarkan kepada kita melalui hadist berikut:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 6805)

Jujur percaya tenang
Img by pixabay

Beberapa Pelajaran yang terdapat dalam Hadits :

Tahukah kita mengapa jiwa seseorang terkadang mengalami gundah-gulana dan tidak nyaman? Barangkali ketidakjujuran itulah salah satu sebabnya. Cobalah perhatikan diri kita, ketika misalnya kita mengatakan perkataan yang berbeda dengan kenyataan, alias berdusta, atau melakukan tindakan dusta dalam berbagai bentuknya, apa yang kemudian Anda rasakan dalam hati kecil kita? Gundah gulana tidak nyaman dan seterusnya. Hal demikian itu karena, hati kita sesungguhnya bercahaya sementara ketidak jujuran itu akan meredupkan cahaya yang bersinar pada hati kita. Maka ketika kita berdusta cahaya hati kita berkedap kedip sebagai sinyal yang menunjukkan adanya masalah besar yang menghinggapinya.

Jujur adalah sifat orang mukmin, sedangkan dusta adalah sifat orang munafik. Kejujuran adalah fondasi keimanan, sedangkan kebohongan adalah benih kemunafikan. Apabila kebohongan dan keimanan bertemu, salah satu dari keduanya pasti tumbang. Karena Allah Ta’ala memberi gambaran berlawanan antara orang munafik dengan orang jujur.

Allah Ta’ala berfirman:

لِيَجْزِيَ اللَّهُ الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِن شَاء أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُوراً رَّحِيماً

“Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendakiNya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Ahzab [33]: 24)

Kejujuran adalah kunci untuk meraih kebaikan. Sifat ini yang akan menunjuki kita kepada kebaikan, dan itu adalah jalan menuju surga. Yang demikian tidak mungkin dapat dicapai seorang pendusta, karena kebohongannya pasti akan menggiring kepada keburukan, dan itu adalah jalan menuju nereka.

Dengan demikian, kejujuran menjadi kunci yang akan dapat menenteramkan jiwa.

عَنْ أَبِي الْحَوْرَاءِ السَّعْدِيِّ قَالَ: قُلْتُ لِلْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ : مَا حَفِظْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ

 Al-Hawa-ri As-Sa’diy mengatakan, aku pernah bertanya kepada al-Hasan bin Ali, apa yang engaku hafal dari (sabda) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? ia menjawab: aku hafal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu, sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan dan sesungguhnya kedustaan itu membuat kegulandahan.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2518)

Oleh karenanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan kepada setiap hamba Allah untuk jujur dalam berkata maupun dalam berbuat dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melarang dusta baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan.

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 6805)

Mengapa orang yang berdusta dengan lisannya cenderung untuk menyusul dengan tindakan yang tidak baik untuk menutupi kedustaan ucapannya? Karena, itu muncul atas pergolakan jiwa yang tidak tenang disebabkan oleh ucapan dustanya. sehingga melahirkan ketidaktenangan dalam tindakannya. Maka, ia senantiasa tidak mendapatkan ketenangan itu, ia sedemikian takut kedoknya akan tersingkap sehingga ia terus secara keras berusaha untuk menutupinya dengan melakukan serangkaian tindakan yang bertolak belakang dengan kata hatinya.

Sedangkan orang yang berkata jujur dengan lisannya cenderung untuk menyusulnya dengan tindakan yang baik, tindakan kejujuran pula. Hal tersebut muncul karena kuatnya pengaruh cahaya yang memancar dari dalam hingga dapat menembus ke luar jiwanya menerangi jalan, sehingga ia pun menyusuri jalan dengan kondisi yang terang benderang, mengetahui jalan mana yang harus dilewatinya dan jalan mana pula yang tidak patut dilewatinya. Cahaya itu membimbing anggota badannya untuk menempuh jalan keselamatan, sehingga tindakan kebaikanlah yang kemudian dilakukannya.

Semoga Allah ‘azza wajalla memberikan kepada kita ketenangan jiwa melalui kejujuran ucapan dan tindakan kita. Amiin.

Wallahu 'Alam

Tema Hadits yang Berkaitan dengan Al-Qur'an

Allah Azza wa Jalla berfirman : 

لِيَجْزِيَ اللَّهُ الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِن شَاء أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُوراً رَّحِيماً

“Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendakiNya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Ahzab [33]: 24)

Demikian, Semoga Bermanfaat. Aamiin

Dinukil dari berbagai Sumber yang In Shaa Allah amanah, dengan sedikit perubahan (terjemah bebas) sesuai dengan Pemahaman Shalafus Shalih (Alhus Sunnah Wal Jamaah)

Komentar